Today :

Not found what you looking for?:

Film Generasi Biru - 25 Tahun Perjalanan Slank

Perjalanan Slank selama 25 tahun di belantika musik Indonesia siap dinikmati dalam bentuk film. Meski begitu, film berjudul Generasi Biru yang dirilis di bioskop mulai 19 Februari 2009 itu bukan otobiografi, tapi pengupasan pesan di balik lirik lagu band yang berdiri sejak 1983 tersebut.

Film yang dibintangi para personel Slank yakni Kaka, Bimbim, Ivanka, Ridho, dan Abdee, itu menggabungkan unsur musikal, dokumenter, dan animasi. Penggarapannya dikerjakan secara bersama oleh tiga sutradara yakni Garin Nugroho, John De Rantau, dan Dosy Omar.

Menurut Garin, tiga unsur itulah yang melekat pada Slank. Maka, jika salah satu saja dihilangkan, khawatir tidak merepresentasikan band pelantun “Bang-Bang Tut“ itu secara utuh. “Contohnya, animasi. Kita tahu, grafiti atau gambar-gambar adalah gaya Slank dan para Slankers (penggemar Slank, red). Jika kita pergi ke rumah Slankers, temboknya penuh dengan gambar dan simbol-simbol Slank. Tubuh mereka, mulai baju, celana, dan topi, penuh dengan grafiti,” terang Garin setelah press screening di FX Entertainment Selasa (11/2).

Garin menjelaskan, Film Generasi Biru bercerita tentang sebuah dunia yang tak terkatakan, tapi sesungguhnya berkata banyak. Maka, film tersebut berupaya mengungkap itu. “Sesuatu yang tidak terkatakan dari Slank dan Slankers itu sendiri. Seperti kalian dengar dari lirik lagunya yang berbicara tentang kekerasan, ekonomi, politik, dan sebagainya,” jelasnya.

Lirik-lirik lagu milik Slank pada film Generasi Biru sangat erat dengan kondisi Indonesia dari tahun ke tahun. “Ini sejarah pendek Indonesia lewat lagu Slank dari tahun 1983 sampai 2008,” kata Bimbim.

Uniknya, penyampaian pesan dalam lagu itu bukan berbentuk dialog, melainkan ekspresi tarian yang sangat teatrikal. Terlebih, kata Garin, film tersebut tanpa skenario. “Iya, sampai saat syuting itu, aku saja sama Slank nggak tahu maksudnya apa. Semua diatur Mas Garin. Tapi, setelah nonton, baru tahu maknanya,” sahut Nadine Chandrawinata yang juga membintangi film produksi Set Film dan Shooting Star itu.

Meski terkesan ‘berat’, bentuk film seperti itulah yang sesuai dengan keinginan Slank. Bimbim mengakui, pihaknya memang tidak ingin diceritakan secara personal. “Tidak mau tentang diri kami, nanti malah boring (bosan). Lagian nggak ada yang menarik dari diri kami dan kami juga tidak mau terlalu diidolakan,” terang pemain drum itu.

Bimbim menambahkan, yang terpenting adalah pesan dari lagunya dibahas. Menurut dia, apa yang tertuang di lagu adalah perwujudan pikiran, curahan hati, dan kritik atas segala hal negatif tentang masyarakat dan pemerintahan Indonesia.

Sebelumnya, film Generasi Biru mendapatkan kehormatan diputar di Festival Film Berlin pada Forum New Cinema (6-8 Februari 2009), khusus untuk film indie dan kritik sosial. Garin mengatakan, selama di Berlin, Jerman, itu, filmnya diputar sampai empat kali dan selalu dipadati penonton. “Mereka banyak yang bilang unik. Terutama melihat orang-orang wajib lepas ikat pinggang saat mau menonton konser Slank,” kisahnya.